[RESENSI FILM] A Private War, Rosamund Tampil dengan Penghayatan Tingkat Tinggi 

Wayan Diananto | 22 Maret 2019 | 20:40 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - “Malam itu langit berkelap-kelip karena mobil yang berada di samping rumah kami meledak. Lalu dinding rumah kami roboh. Saya dan anak-anak berlari ke lantai bawah tanah. Saat itulah saya baru sadar, anak ketiga kami tidak terbawa. Kami mendapatinya di antara reruntuhan dinding. Saya ingin kisah ini ditulis di surat kabar. Biar dunia tahu apa yang terjadi di sini. Anak-anak sekarat. Mereka kelaparan, takut, dan kedinginan. Perang melenyapkan satu generasi,” ucap seorang ibu kepada wartawan The Sunday Times, Marie Colvin (Rosamund), yang bertugas di Kota Homs, Suriah. 

Air susu ibu ini tidak keluar karena stres. Akibatnya, si bungsu hanya minum air gula. Mendengar cerita ini, hati Marie hancur. Bersama fotografer, Paul (Jamie), ia melaporkan kondisi Homs. Mulai pukul 6.30 hingga tengah malam, granat dan bom meledak. Terdengar 47 kali ledakan setiap menit. Kondisi ini menjebak 28 ribu warga yang mayoritas perempuan dan anak-anak. Saat dihubungi kanal berita CNN, Marie bercerita blakblakan. Dunia pun terperenyak.

A Private War melukiskan dengan detail sisi hitam dan putih Marie, jurnalis perang yang pernah menikah, dua kali keguguran, lalu bercerai. Meski kehidupan pribadinya porak poranda, karier Marie berkilau. Kehidupan pribadi yang diekspos di menit awal, menandakan dua model perang yang dihadapi karakter utama. Pertama, perang dalam arti sesungguhnya. Marie bertahan hidup dari zona merah satu ke zona merah lainnya. Dari Sri Lanka hingga Suriah.

Kedua, perang dengan hatinya sendiri. Marie melawan trauma akibat berbagai kengerian yang dilihat di medan perang, kegagalan berumah tangga, kekhawatiran menua namun tak mau mati muda, hingga cinta alkohol dan baru bisa tenang setelah menenggak seperempat galon vodka. 

Rosamund tampil dengan penghayatan tingkat tinggi. Jarang senyum, kerap terlihat depresif, dan pemberontak. Performanya membuat penonton mampu mengukur seberapa dalam pergumulan yang dihadapi karakter utama. Di medan perang, kita tidak menemukan 3 jenis emosi negatif itu. Marie di antara ledakan bom adalah kombinasi kenekatan, keberanian, dan komitmen pada profesi.

Daya tarik film ini: performa Rosamund dan chemistry-nya yang “romantis” dengan Paul. Romantis kami beri tanda kutip karena hubungan mereka sarat emosi dan perdebatan. Namun saat bom meledak dan keduanya terpelanting, kata pertama yang disebut Marie adalah Paul. Dan orang pertama yang dicari Paul usai ledakan adalah Marie.

Momen besar film ini terjadi saat Marie melaporkan kondisi Homs kepada CNN. Eskpresi wajah dan nada bicara Rosamund membuat air mata kami menetes. “Kami tahu ini tidak mudah tapi cobalah bertahan (di sana),” ucap presenter CNN seraya mengakhiri sambungan telepon. Diangkat dari kisah nyata, A Private War salah satu drama biografi terbaik tahun lalu. Performa Rosamund diganjar nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik (Film Drama) di ajang Golden Globes. Sayang, ia kalah oleh Glenn Close yang tampil ciamik di The Wife.

Pemain    : Rosamund Pike, Jamie Dornan, Nikki Amuka-Bird, Tom Hollander, Faye Marsay
Produser    : Matthew George, Marissa McMahon, M. Heineman, Basil Iwanyk, Charlize Theron 
Sutradara    : Matthew Heineman
Penulis        : Marie Brenner, Arash Amel
Produksi    : Kamala Films
Durasi        : 1 jam, 50 menit

(wyn / gur)
 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait